9 April 2013

CINTA TAK MUNGKIN BERHENTI



Saya ingat betul satu rentetan kata-kata seorang filsuf (lupa namanya) mengenai cinta dan benci yang berbunyi, “Pada awalnya adalah cinta, cinta itu kemudian dirasuki oleh benci, benci menguasai cinta, kemudian cinta merasuki kembali, lalu benci dikalahkan dan cinta kembali menguasai.” Kata-kata ini membuat hatiku terusik saat pengalaman pun memberi pengaruhnya.

Dalam pengalaman, tidak sedikit orang yang memandang salah akan hadirnya cinta. Kata mereka, cinta itu terlarang, dan kata mereka pula cinta itu harus dimusnahkan demi egoisme. Mereka tak membicarakan hal itu melelui mulut, namun keluar lewat tindakan. Untung saja masih ada sebagian orang yang memandang penting akan cinta itu. Bahwa cinta itu memang harus ada.

Untuk kalangan remaja atau orang yang sedang menggeluti tahapan awal cinta mereka, cinta itu seperti “barang” spesial yang tak boleh diganggu, apa lagi dihilangkan. Bagi mereka itu, cinta adalah segalanya. Akan tetapi, bagi orang yang sungguh mendalami arti cinta itu, cinta tak hanya sebatas permainan kata-kata dan pikiran, melainkan merupakan sumber pertama dari hidup.

Jika demikian, cinta seorang yang sedang jatuh cinta dan cinta seorang yang memandang lebih cinta itu adalah sama. Kesamaannya terletak dalam maknanya. Perbedaannya ditentukan dari tujuan dari cinta itu sendiri. Apa saya mencintai untuk memiliki selamanya atau apa saya mencintai untuk mempertahankan relasi persahabatan, persaudaraan dan relasi sebagai manusia.

Tentu saja tujuan cinta yang pertama tak boleh dilewatkan begitu saja karena juga merupakan pembangun hidup. Namun, cinta yang kedua memiliki arti yang lebih dalam dari yang pertama itu. Saya mencintai dan pada akhirnya tidak memiliki itu tidak membuat rusak dunia kok. Malahan, cinta yang mendatangkan kerukunan lebih memantapkan daripada cinta yang memiliki.

Jadi, seandainya cinta yang merukunkan, yang memiliki arti yang luas itu seharusnya dipertahankan oleh semua orang. Ia tidak boleh digantikan dengan benci, sebab kebencian itulah yang merusak. Terpujilah Tuhan yang telah memberikan cinta itu kepadaku. Aku cinta cintaMu, Tuhan, tapi aku benci kebencian. Semoga cinta ini terus dipelihara atas nama cinta itu sendiri, yakni Tuhan.

Itu berarti, cinta tak mungkin berhenti kan?

_Kaki Bantik Pineleng*

2 komentar:

  1. tp yg saya tau cinta bukan lawan kata benci , krn klo tdk mencintai tdk otomatis membenci tp, mengabaikan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, itu benar. Saya hanya "bertolak" dari kata-kata sang filsuf di atas. Terima kasih...

      Hapus