24 Maret 2013

KELEDAI ITU MEMBUATKU TAK DAPAT BERKATA APA-APA LAGI



Hari ini aku cukup berterima kasih kepada Tuhan karena Ia memberiku kesempatan untuk mengelu-elukan Dia. Ia masuk ke kota Daud, Yerusalem, kota kemenangan. Di sanalah tempat ia menang atas dosa dan maut. Di sanalah Ia dengan rendah hati dan tanpa membuka mulut sedikit pun memanggul salib ke puncak Golgota. Ia dihinakan oleh manusia, namun menang dengan jaya. Jalan yang berliku-liku Ia lalui tanpa mengeluh. Semua itu demi manusia yang berteriak-teriak, “Salibkanlah Dia.”

Mereka yang mengelu-elukan Dia saat masuk melalui pintu gerbang Yerusalem kini harus tertunduk dan tersipu malu karena Raja itu disalibkan. Suara “salibkanlah Dia” nampaknya lebih besar bunyinya dari pada elu-eluan di muka pintu gerbang Yerusalem. Terlepas dari itu, Dia tetaplah Raja yang datang untuk manusia yang berdosa di hadapanNya. Dia tetaplah pelayan yang setia, rela mati di salib demi keselamatan banyak orang. Bukankah itu pekerjaan Allah? Ya, tentu saja.

Mataku tertuju pada keledai bisu yang membawa Dia masuk ke Yerusalem itu. Jalan yang berliku-liku itu ternyata dapat dilaluinya demi sang Raja Damai. Keledai itu laksana domba yang dibawa ke tempat pembantaian. Ia tidak membuka mulutnya meski akan dikorbankan. Ia tetap berada pada jalannya demi Dia yang akan dielu-elukan itu. Pekerjaannya tuntas karena ia bisa sampai ke depan pintu gerbang itu. Ia memikul Anak Manusia yang datang dari Allah untuk dan demi manusia.

Aku tertegun memandang keledai itu. Mengapa? Karena ia begitu kuat. Karena ia begitu setia. Karena ia begitu rela memikul Raja dunia. Oh… Aku ingin seperti keledai itu. Tidak bersuara, tidak mengeluh, namun tetap setia kepada Tuhan yang duduk di pundaknya. Ia tahu bahwa yang di atas pundaknya adalah sang Raja damai. Ia tahu bahwa Dia yang di atas pundaknya itu adalah Anak Allah. Itu sebabnya, ia tidak menolak waktu ditarik dari tempatnya dan dibawa kepada Tuhan.

Aku berharap di masa yang akan datang, rela memanggul Dia dalam setiap pekerjaanku. Aku ingin memuliakan Dia dalam setiap derap langkah kakiku. Aku ingin membawaNya dalam keseharian hidupku. Itu sebabnya, aku ingin mengenal Dia terlebih dahulu supaya apabila aku ditarik dari tempatku, aku tidak protes, mengeluh, namun setia kepadaNya. Tuhan terlebih dahulu setia kepadku, karena itu aku ingin setia kepadaNya juga. Aku ingin meninggalkan yang jahat demi kebaikan.

@Kaki Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar