27 September 2012

Habis Gelap, Terbitlah Gelap

Tuesday, September 18, 2012 at 11:17pm

Dunia diciptakan dengan dua ‘warna’ besar
Satunya gelap, dan yang lainnya terang
Itulah malam dan siang yang dikagumi manusia
Karena kekaguman yang mendalam,
Manusia memberi arti sendiri atas dua warna itu
Yang satu mencerimkan dosa dan yang lain, kebaikan
Yang satu negatif dan yang lain positif

Entah mengapa, itulah kesukaan manusia
Kesukaan yang diterima umum
Dan dipakai di mana-mana
Tapi bagaimana dengan ini frasa:
“Habis gelap, terbitlah gelap?”
Mungkin itu berbalik dari ucapan Kartini
Namun inilah yang dihidupi manusia

Kartini boleh melihat kenyataan alamiah
Bahwa setelah gelap, terbitlah terang
Bahwa setelah dosa, terbitlah kebaikan
Tapi manusia menunjukan kualitas hidup
Yang tidak sebanding dengan perkataan itu
Malah sebaliknya, setelah gelap, terbitlah gelap
Suatu keadaan yang sama saja seperti semula

Manusia mengalami kelumpuhan rasa
Sehingga mengikat daya nalar untuk tidak berkembang
Manusia kehilangan jati diri
Sehingga tindakan terang pun ikut hilang
Manusia merana kerena perbuatannya sendiri
Sehingga moral dan kebaikan tak ada tempatnya
Singkatnya sama saja, “habis gelap, terbitlah gelap”

Maka tugas manusia adalah
Membawa terang dalam kegelapan
Menerbitkan terang dalam kegelapan
Menghancurkan kuasa kegelapan yang melilit
Dan mencabut kegelapan sampai ke akar-akarnya
Serta memelihara terang dan menghidupinya
Dan kemudian menelurkannya dalam sarang-sarang dunia

Lembah Bantik Pineleng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar