g (tak tahu,
pohon ke berapa yang kami tanam itu) muncul pepatah itu. Bahwa kalau
pohon pisang itu hendak tumbuh setelah kami menamnya, itu tergantung
dari cahaya pertama yang menyentuh pisang itu. Karena itu, jangan
membelakangi matahari ketika pohon pisang hendak ditancapkan ke dalam
lubang tanah yang sudah disiapkan. Anda membelakangi matahari, sama
artinya dengan Anda “memantati” (maaf, sedikit jorok) matahari. Matahari
sebagai sumber cahaya, maka janganlah menghalanginya ketika ia memberi
cahaya pada pohon pisang itu. Demikian yang kami pikirkan dan diskusikan
bersama-sama saat itu.
Aneh juga ya…? Kok, bisa demikian? Entahlah, yang pasti, obrolan itulah yang terjadi saat itu. Saya lalu memikirkan lebih jauh tentang diskusi kami itu. Bahwa sebenarnya, apa yang menjadi makna dari pengalaman itu? Pemberian orang, jangan diabaikan. Sebab, pemberian itulah yang kadang juga memberimu hidup. Meskipun cuma-cuma pemberiannya, namun itulah yang menggambarkan ketulusan hatinya terhadap Anda. Itulah perhatiannya terhadap Anda. Maka janganlah diabaikan. Demikianlah yang menjadi makna yang dapat ditarik dari pengalaman itu.
Beralih ke dunia Tuhan dan manusia.
Tuhan senantiasa memberi kepada umat-Nya. Ya, berkatlah yang menjadi pemberian itu. Ia memberi tanpa batas, karena kehendak-Nya adalah menjadikan kedamaian menjadi cara hidup manusia. Jika manusia tidak menginginkan damai, maka jelas ia menolak pemberian Tuhan. Tuhan memberi supaya manusia hidup. Tuhan memberi supaya manusia berdamai. Layaknya matahari, Tuhan menghidupkan manusia dan menjadi sumber bagi kehidupannya. Maka hendaklah manusia menerima apa yang menjadi pemberian Tuhan itu dengan hati dan tangan terbuka. Semoga Anda mau menerima pemberian dan tawaran Tuhan dalam hidup Anda.
Lembah Bantik Pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar