
Namun demikian, manusia yang menjadi penerima keselamatan malah tak
mengenalNya sebagai utusan Allah. Mereka menganggap Yesus sebagai orang lain,
bukan penyelamat mereka. Hati dan pikiran mereka tertutup oleh kenikmatan dunia
yang sementara ini. Katanya percaya kepada Allah, tetapi ketika Allah hadir di
antara mereka, mereka tak mengenalNya.
Allah sebetulnya mengambil rupa manusia dan hendak memerdekakan manusia
pula, namun manusia sendiri tidak mengenalNya. Mereka tak mengenalNya karena
mereka lebih suka mengenal dunia dan isinya. Mereka lebih suka untuk memperkaya
diri dengan barang duniawi dari pada menaruh harapan dan kepercayaan yang besar
kepada Allah.
Nampak bahwa manusia tidak bersedia memanggul salib hidupnya sendiri.
Mereka lebih suka membuang salib itu dan atau meletakkannya pada bahu orang
lain. Inikah mentalitas orang-orang yang percaya kepada Allah? Sama sekali
bukan. Mentalitas orang-orang yang percaya kepada Allah adalah memikul salib
sendiri, bahkan rela berkorban demi orang lain.
Sesungguhnya Yesus itu lebih dari pada Abraham. Lantas, jika Abraham
begitu taat dan tunduk kepada Allah, maka orang-orang yang mengakui Abraham
sebagai bapanya harus hidup seperti Abraham yang penuh kasih dan setia kepada
Allah itu. Kini, Yesus hadir di antara orang banyak, tapi mengapa hati mereka
tak bisa mengenal Yesus sebagai Anak Allah?
Pertanyaan yang sama berlaku juga untuk kita saat ini. Sudahkah kita
mengenalNya?
Jawabannya ada pada kamu.
@kaki bantik pineleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar